Gempa guncang Indonesia, BMKG mencatat empat kali getaran dalam sehari. Aktivitas gempa bumi kembali mengguncang sejumlah wilayah Indonesia pada Jumat (11/4/2025).
Hingga pukul 23.00 WIB, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat empat kejadian gempa dengan kekuatan bervariasi, yang tersebar dari Sulawesi Tenggara hingga Maluku Utara.
Dua Kali Gempa di Kolaka Timur: Magnitudo Meningkat
Gempa pertama tercatat pada pukul 06:33:42 WIB, berpusat di darat 3 km barat daya Loea, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, dengan magnitudo 2,6 dan kedalaman 5 km. Getaran dirasakan warga dalam skala II–III MMI.
Tak lama berselang, pukul 08:43:34 WIB, gempa kedua mengguncang lokasi serupa dengan kekuatan lebih besar, magnitudo 3,0. Episentrum berada 1 km barat daya Loea, dengan kedalaman 3 km.
Gempa Terasa di Sumatera Barat dan Maluku Utara
Pasaman Barat: Getaran Ringan di Permukaan
Gempa ketiga terjadi di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, pada pukul 18:27:14 WIB. Berkekuatan magnitudo 4,3, pusat gempa berada di darat 16 km barat daya Bonjol, dengan kedalaman 5 km. Getaran dirasakan hingga Pasaman Barat dan Pasaman dalam skala I–II MMI.
Pulau Sanana: Getaran Lautan, Tidak Berpotensi Tsunami
Sementara itu, gempa keempat berpusat di laut, 86 km timur laut Pulau Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara. Gempa berkekuatan magnitudo 4,4 terjadi pada pukul 21:05:23 WIB, dengan kedalaman 14 km. Wilayah Sanana merasakan getaran dalam skala III MMI.
Skala MMI dan Pentingnya Edukasi Publik
Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) digunakan untuk mengukur dampak gempa berdasarkan efek yang dirasakan manusia dan bangunan. Berbeda dengan magnitudo, MMI menggambarkan intensitas gempa di permukaan.
Potensi Rangkaian Gempa dan Pentingnya Kesiapsiagaan Lokal
Fenomena gempa berturut-turut di lokasi yang berbeda memunculkan pertanyaan mengenai pola gempa minor yang berulang. Para ahli menilai, aktivitas ini bisa menjadi bagian dari mekanisme pelepasan energi kerak bumi, namun tetap perlu diwaspadai sebagai sinyal pergeseran sesar aktif.
Sementara itu, daerah-daerah non-metropolitan seperti Kolaka Timur dan Sanana menjadi sorotan karena potensi kerentanannya terhadap bencana. Minimnya infrastruktur evakuasi dan rendahnya literasi bencana masyarakat menjadi tantangan tersendiri dalam menghadapi krisis geologis.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun
Google News Gencilnews dan Channel Gencilnews.com
