Rizky Kabah tegaskan enggan minta maaf ke Suku Dayak mengenai tuduhan hina suku Dayak yang kini menjadi sorotan setelah video viralnya yang menyebut masyarakat Dayak menganut ilmu hitam.
Dalam video klarifikasi di TikTok @riezky.kabah, Rizky menegaskan bahwa konten tersebut berdasarkan sumber resmi dan bukan bentuk penghinaan.
“Dihujat lagi nih gue gara-gara video Dayak? Gue bikin video sejarah Dayak itu berdasarkan Google dan museum, kaya Museum Kalimantan Barat. Gue tidak menyebarkan hoaks,” ujar Rizky dalam video klarifikasinya, Senin (15/9/2025).
Konten Museum dan Tuduhan Ilmu Hitam
Rizky memperlihatkan dokumentasi saat dirinya mengunjungi galeri perdukunan di Museum Kalimantan Barat.
Menurutnya, video itu dibuat untuk mengulas sejarah praktik perdukunan masyarakat Dayak, lengkap dengan alat-alat yang dipamerkan. Baginya, penyebutan tentang ilmu hitam dan Rumah Radakng hanya bagian dari penjelasan sejarah.
“Rumah Radakng asli itu adanya di pedalaman, ditempati kepala suku Dayak Kanayatn. Sudah pasti ada dukunnya untuk melindungi warga. Sementara yang ada di kota itu hanya ikon pariwisata. Jadi jangan samakan,” jelasnya.
Endorsement dan Proses Produksi Video
Rizky juga membongkar mekanisme pembuatan konten berbayar (endorsement). Ia menegaskan semua video sudah melalui tahapan storyline, penulisan naskah, hingga persetujuan brand. Karena itu, menurutnya hampir mustahil sebuah konten keluar dari jalur tanpa disadari.
“Video yang viral itu bagian dari endorse. Jadi poinnya, gue nggak mungkin bikin fitnah. Gue justru mengedukasi, bukan menghina,” ucapnya. Rizky bahkan menambahkan bahwa dirinya memuji kecantikan perempuan Dayak dalam konten tersebut.
Gelombang Kritik dari Masyarakat Dayak
Meski sudah membuat klarifikasi, publik tetap menilai Rizky Kabah telah melecehkan suku Dayak. Ucapannya tentang “suku Dayak menganut ilmu hitam” memicu kemarahan.
Bahkan, sejumlah tokoh adat meminta Rizky menjalani sanksi adat Capa Molot, sebuah hukuman sosial yang berlaku di masyarakat Dayak.
Kasus ini semakin melebar setelah unggahannya dikaitkan dengan potongan narasi yang menyebut dukun sakti di Rumah Radakng.
Pernyataan itu dianggap merendahkan martabat budaya Dayak dan bisa berimplikasi hukum.
Rizky Kabah Tegaskan Enggan Minta Maaf
Rizky Kabah berdiri teguh pada keyakinannya bahwa konten yang dibuat murni edukasi sejarah. Namun, masyarakat Dayak menilai narasinya terlalu menyederhanakan identitas budaya.
Di titik ini, perdebatan pun muncul: apakah konten kreator berhak menafsirkan sejarah seenaknya, ataukah harus lebih sensitif terhadap kearifan lokal?
Kasus Rizky menjadi contoh nyata bagaimana media sosial bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuka akses informasi sejarah. Di sisi lain, penyajian tanpa sensitivitas budaya bisa memantik konflik besar.