Polisi tangkap pemuda Minahasa mengaku hacker Bjorka yang selama ini diduga menjadi sosok di balik jual beli data ilegal di dark web.
Pelaku berinisial WFT (22) diamankan setelah polisi menelusuri aktivitasnya di ruang gelap internet sejak 2020.
Kasus ini menjadi perhatian luas karena nama “Bjorka” sebelumnya sempat menggegerkan publik Indonesia akibat kebocoran data besar-besaran.
Kini, terungkap bahwa pelaku yang ditangkap telah aktif di forum gelap dan menjual data dengan bayaran mata uang kripto.
Jejak Hacker Bjorka di Dark Web
Wadirsiber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, menjelaskan bahwa WFT bergabung ke sejumlah grup dark web sejak lima tahun lalu. Dari hasil pemeriksaan, pelaku mengaku beroperasi sendiri, tanpa keterkaitan dengan kelompok peretas lain.
“Pelaku ini bermain di dark web sejak 2020, dan sampai saat ini mengaku mengerjakannya sendiri. Mereka biasanya bergabung di forum atau grup, tapi antaranggota tidak saling mengenal secara langsung,” kata Fian, Sabtu (4/10/2025).
Pihak kepolisian juga menemukan bahwa pelaku rajin mengganti nama akun untuk mengelabui aparat. Dari Bjorka, WFT sempat berganti menjadi SkyWave, ShinyHunter, hingga Opposite6890. Langkah ini dilakukan untuk menutupi jejak digitalnya.
Polisi Tangkap Pemuda Minahasa Mengaku Hacker Bjorka: Barang Bukti Akun X dan Dark Web
Proses analisis barang bukti elektronik kini sedang berjalan. Polisi telah menyita akun media sosial X milik pelaku, sekaligus beberapa akun dark web yang digunakan dalam aktivitas ilegal.
“Kalau akun X-nya kita lakukan penyitaan. Akun dark web-nya juga sudah disita,” jelas Fian.
Penggeledahan digital ini diharapkan bisa membuka lebih banyak fakta tentang transaksi yang dilakukan WFT, termasuk siapa saja pembeli data yang ia jual.
Data Dijual dengan Puluhan Juta Rupiah
Dari hasil pemeriksaan awal, WFT mengaku berhasil mendapatkan data dari sejumlah institusi luar negeri maupun dalam negeri.
Data perusahaan kesehatan, swasta, hingga institusi publik disebut masuk dalam daftar yang diperjualbelikan.
“Sekali menjual data, pengakuannya bisa mendapat nilai puluhan juta rupiah. Semua transaksinya dilakukan melalui forum gelap dengan pembayaran menggunakan cryptocurrency,” kata Fian.
Meski demikian, pihak kepolisian belum merilis angka pasti keuntungan yang diperoleh pelaku. Investigasi masih berjalan untuk menelusuri aliran dana kripto yang digunakan.
Bjorka: Nama yang Mengguncang Publik
Sosok “Bjorka” sempat membuat heboh jagat maya Indonesia sejak 2022. Ia mengklaim berhasil membocorkan data penting, mulai dari milik pemerintah, perusahaan swasta, hingga data pribadi jutaan masyarakat.
Nama tersebut bahkan beberapa kali menjadi trending di media sosial, menimbulkan kepanikan terkait keamanan siber nasional.
Kini, klaim WFT sebagai sosok di balik Bjorka menambah babak baru. Namun, banyak pihak menunggu pembuktian lebih lanjut dari kepolisian, apakah benar ia satu-satunya pelaku atau hanya salah satu dari jaringan peretas global.
Modus Hacker Menyamar
WFT diketahui kerap mengganti identitas digitalnya, baik username maupun alamat email, untuk menyamarkan diri. Strategi ini umum digunakan oleh peretas agar sulit dilacak aparat penegak hukum.
“Tujuan pelaku melakukan perubahan nama adalah untuk menyamarkan identitasnya, sehingga sangat sulit dilacak,” jelas Fian.
Selain itu, penggunaan cryptocurrency dalam transaksi membuat pelacakan aliran dana semakin rumit. Pasalnya, aset digital ini relatif anonim dan tidak mudah dilacak dibanding transaksi perbankan konvensional.