Kasus Perundungan di Sambas mencuat ke publik setelah video kekerasan terhadap seorang anak viral di media sosial. Insiden tersebut terjadi di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, dan melibatkan dua anak di bawah umur.
Kejadian ini diduga berlangsung pada Selasa, 13 Mei 2025, dan memicu gelombang reaksi dari masyarakat. Keluarga korban telah melaporkan peristiwa ini ke Polres Sambas.
Daftar Isi Kasus Perundungan di Sambas
Perundungan Bermula dari Pertandingan Futsal Remaja Perempuan
Kasus ini bermula dari pertandingan futsal antartim remaja perempuan yang berlangsung sengit. Tim korban menang dengan skor 4-3. Namun, tim lawan sempat memaksa agar gol tambahan yang terjadi setelah peluit panjang dibunyikan tetap dihitung.
Perdebatan yang terjadi di lapangan rupanya berlanjut hingga ke media sosial dan grup WhatsApp. Berbagai komentar dari warganet menambah panas suasana dan menimbulkan konflik antar kelompok.
Pelaku Tidak Terlibat Pertandingan, Namun Tersulut Emosi
Menariknya, pelaku utama perundungan ini diketahui tidak bermain dalam pertandingan tersebut. Namun, setelah mendengar berbagai komentar yang dianggap menghina, pelaku menjadi emosi.
Ia kemudian bertemu dengan korban di lapangan futsal. Saat korban tiba di lokasi usai mengerjakan tugas kelompok, insiden kekerasan terjadi secara tiba-tiba.
“Anak saya baru saja memarkir motor, belum lima menit, langsung dipukul oleh pelaku,” ujar R (46), ayah korban.
Upaya Damai Gagal Setelah Video Kekerasan Viral
Pada awalnya, keluarga korban sempat mencoba menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan. Namun keputusan berubah setelah R menyaksikan video lanjutan yang beredar di media sosial. Video tersebut memperlihatkan kekerasan fisik yang membuat anaknya tertekan secara emosional dan fisik.
“Saya sempat berpikir untuk menyelesaikan damai. Tapi setelah menonton video yang lebih jelas, saya tidak bisa diam. Ini bukan lagi masalah remaja biasa, ini kriminal,” tegas R.
Laporan Polisi Disertai Bukti Lengkap
R telah melaporkan peristiwa ini ke Polres Sambas. Laporan itu disertai dengan bukti-bukti berupa pakaian korban, video kejadian, dan dokumen lainnya.
“Kami minta pelaku diproses sesuai hukum yang berlaku. Ini bukan main-main. Anak saya sekarang trauma berat,” tambahnya.
Korban Alami Trauma Berat, Harus Jalani Perawatan
Saat ini, korban diketahui menjalani perawatan medis dan psikologis. Menurut keterangan keluarga, anak tersebut mengalami memar, lebam, dan gangguan tidur. Bahkan, korban takut kembali ke sekolah akibat tekanan mental yang sangat berat.
“Anak saya sulit tidur, menangis terus, dan menolak berangkat ke sekolah. Ini luka yang tidak terlihat tapi membekas dalam,” ungkap R.
Polisi Diminta Bertindak Tegas dan Profesional
Keluarga korban mendesak agar aparat kepolisian bertindak cepat dan profesional. Mereka berharap kasus ini tidak dianggap sepele hanya karena pelaku masih di bawah umur.
Aktivis perlindungan anak juga menyerukan agar kasus ini menjadi perhatian serius. Menurut mereka, kekerasan pada anak yang dibungkus dalam istilah “perundungan” sering kali diremehkan, padahal dampaknya sangat besar bagi masa depan korban.