Tradisi meriam karbit, yang telah menjadi bagian dari budaya Ramadan dan malam takbiran di Kota Pontianak, kini menghadapi tantangan besar.
Penurunan jumlah kelompok pemain dan kesulitan bahan baku menjadi ancaman bagi keberlanjutan warisan budaya ini.
Forum Meriam Karbit, bersama pemerintah setempat, berusaha mempertahankan tradisi ini dengan mengusulkan program “Bapak Angkat” guna mendukung pendanaan kelompok pemain.
Tradisi Meriam Karbit di Pontianak
Meriam Karbit, Warisan Budaya yang Kian Tergerus
Sejarah dan Makna Meriam Karbit
Meriam karbit bukan sekadar permainan rakyat, tetapi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Kota Pontianak sejak 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Meriam ini dibuat dari kayu mabang atau meranti, berdiameter 50-70 cm dengan panjang 5-6 meter.
Suaranya yang menggelegar berasal dari pembakaran karbit, menciptakan gema khas yang menghiasi malam takbiran di sepanjang Sungai Kapuas.
Ketua Forum Meriam Karbit, Fajriudin, menegaskan bahwa minat masyarakat terhadap permainan ini masih tinggi. Namun, masalah biaya dan kelangkaan bahan baku membuat jumlah kelompok pemain terus menyusut.
“Dulu ada 41 kelompok dengan 249 meriam. Tahun ini turun menjadi 30 kelompok dengan 184 meriam. Salah satu kendala utama adalah pendanaan,” jelasnya.
Kesulitan Bahan Baku dan Upaya Solusi
Tak hanya soal biaya, keterbatasan balok kayu sebagai bahan baku utama juga menjadi tantangan. Forum Meriam Karbit telah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mempermudah akses pengadaan kayu dari daerah hulu dengan ketentuan khusus.
“Biasanya kita pakai kayu balok, tapi karena sulit didapat, sekarang beberapa kelompok mulai beralih ke bahan lain,” kata Fajriudin.
Untuk mengatasi tantangan finansial, Forum Meriam Karbit mengusulkan skema “Bapak Angkat”, di mana kelompok pemain akan mendapatkan sponsor dari pihak-pihak yang peduli terhadap pelestarian budaya.
“Kami usahakan setiap kelompok punya Bapak Angkat yang bisa mendukung pendanaan dan keberlangsungan tradisi ini,” tambahnya.
Eksebisi Meriam Karbit 2025 Siap Digelar
Kolaborasi Berbagai Pihak
Menyambut Idulfitri 1446 Hijriah, Eksebisi Meriam Karbit 2025 akan kembali digelar di Kota Pontianak. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pontianak, Sri Sujiarti, menekankan bahwa acara ini bukan kompetisi, melainkan perayaan budaya.
“Ada 30 kelompok yang berpartisipasi, 16 dari Pontianak Timur, 14 dari Pontianak Selatan dan Tenggara,” ujarnya.
Event ini melibatkan berbagai instansi karena mencakup kegiatan di darat dan perairan Sungai Kapuas.
Jadwal dan Partisipasi Masyarakat
Eksebisi dijadwalkan berlangsung pada 30 Maret 2025, bertepatan dengan malam takbiran. Tak hanya itu, masyarakat dapat menikmati atraksi meriam karbit hingga 30 hari setelahnya.
“Pengunjung bahkan bisa mencoba menyulut meriam dengan mengganti biaya karbit yang semakin mahal,” jelas Sri.
Pemerintah Kota Pontianak berharap melalui event ini, tradisi meriam karbit tetap lestari dan semakin dikenal sebagai ikon budaya khas Pontianak.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun
Google News Gencilnews dan Channel Gencilnews.com