Kasus dugaan Keracunan Menu MBG di SD Kapuas Hulu yang menimpa puluhan anak penerima manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, hingga saat ini masih menggantung tanpa titik terang.
Insiden yang terjadi pada Selasa, 4 November 2025, pagi tersebut melibatkan siswa dari dua sekolah, yakni SD Islam Tahfidz dan SDN 1 Kedamin Hilir, yang mengalami gejala keracunan seperti muntah-muntah dan keringat dingin setelah menyantap menu MBG.
Hingga Rabu, 12 November 2025, atau delapan hari pasca-kejadian, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Sanggau belum mengeluarkan hasil uji laboratorium terkait sampel makanan MBG yang dikelola oleh Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Kapuas Hulu.
Keterlambatan hasil laboratorium ini menjadi penghalang utama dalam menentukan penyebab pasti insiden tersebut. Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PP KB) Kabupaten Kapuas Hulu mengonfirmasi bahwa pihaknya masih menunggu informasi resmi dari BBPOM Sanggau.
“Pastinya semua sampel makanan MBG tersebut, sudah kami serahkan ke BBPOM Sanggau, dan hasilnya kita masih menunggu,” ujar Kepala Dinkes PP KB Kapuas Hulu dikutip dari Tribun Kalbar
Kondisi ini menambah ketidakpastian bagi orang tua murid dan pihak sekolah yang menjadi korban dugaan Keracunan Menu MBG di SD Kapuas Hulu. Sekolah-sekolah yang terdampak antara lain SDN 1 Kedamin, SD Islam Tahfidz, SDIT Insan Mulia, dan SMP IT yang seluruhnya berlokasi di Kelurahan Kedamin Hilir. Total sekitar 20 orang anak dilaporkan menjadi penerima manfaat yang diduga terdampak keracunan.
Respon Pemerintah Daerah dan Penonaktifan SPPG
Menyikapi kasus dugaan keracunan massal ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Kapuas Hulu segera mengambil langkah responsif dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG yang baru berjalan.
Asisten 1 Setda Kapuas Hulu, Iwan Setiawan, menyampaikan pada Minggu (9/11/2025) bahwa pihaknya telah memanggil pihak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mengevaluasi pengelolaan program di Kapuas Hulu.
Pemanggilan ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas dugaan kasus Keracunan Menu MBG di SD Kapuas Hulu yang membuat puluhan anak harus dilarikan ke RSUD dr Achmad Diponegoro Putussibau.
“Kita telah tahu bersama bahwa, puluhan atau sekitar 20 orang anak, penerima manfaat MBG yaitu SDN 1 Kedamin, SD Islam Tahfidz, SDIT Insan Mulia, dan SMP IT, yang beralamat di Kelurahan Kedamin Hilir, telah diduga keracunan makanan MBG,” jelas Iwan.
Sementara itu, Koordinator Wilayah (Korwil) BGN Kapuas Hulu, Sony Deviandi Putra, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mengambil tindakan tegas internal, yaitu mengevakuasi dan menonaktifkan sementara SPPG Kapuas Hulu yang dikelola oleh Yayasan Media Insan. Tindakan ini merupakan langkah antisipasi sambil menunggu hasil uji laboratorium yang bersifat definitif.
Sony Deviandi Putra juga memastikan bahwa semua anak yang terdampak dari kejadian tersebut kini sudah dalam kondisi baik dan sehat.
“Semua anak-anak yang terdampak dari kejadian tersebut, sudah dalam kondisi baik dan sehat, serta biaya di rumah sakit ditanggung oleh kami,” ujarnya, menunjukkan tanggung jawab BGN terhadap korban. Pihaknya berjanji akan terus melakukan evaluasi demi memberikan pelayanan yang terbaik.
Fakta Medis dan Kesaksian Orang Tua Korban
Dampak keracunan yang diduga terjadi setelah mengonsumsi menu MBG cukup serius. Direktur RSUD dr Achmad Diponegoro Putussibau, dr Herlina, menyebutkan pada hari kejadian (4/11/2025) bahwa terdapat empat anak yang masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk observasi medis.
Salah satu orang tua korban, Hikmat, menceritakan gejala awal yang dialami anaknya. Ia menjemput anaknya dari sekolah sekitar pukul 12.30 WIB dalam kondisi lemah. Sesampainya di kantor, anaknya mulai muntah tanpa henti dan mengeluarkan keringat dingin. Hikmat lantas membawa anaknya ke rumah sakit.
“Ternyata bukan anak saya sendiri, ada beberapa anak juga masuk IGD, dengan kondisi yang sama,” ungkap Hikmat. Ia mengaku mendapat informasi dari guru bahwa makanan MBG yang dikonsumsi anaknya ada yang basi. Atas kejadian ini, Hikmat secara tegas menyatakan dirinya tidak akan menerima anaknya kembali mengonsumsi menu MBG sampai ada kepastian keamanan.
Dokter IGD RSUD dr Achmad Diponegoro Putussibau, dr Jusenda, menambahkan bahwa anak-anak yang dirawat menunjukkan gejala serupa, yakni muntah-muntah dengan frekuensi antara 4 hingga 10 kali. Bahkan, satu anak harus dirawat inap karena mengalami dehidrasi berat akibat muntah yang terlalu banyak. Meskipun demikian, dr Jusenda memastikan kondisi para anak tersebut mulai membaik setelah mendapat penanganan medis.
Meskipun biaya perawatan ditanggung oleh pihak penyelenggara program, isu ini menyoroti perlunya jaminan kualitas dan kelayakan konsumsi yang lebih ketat, terutama untuk makanan yang disajikan kepada anak-anak sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kapuas Hulu sebelumnya telah meminta agar pengelolaan MBG benar-benar menjamin makanan layak dikonsumsi. Kepastian hukum dan pertanggungjawaban kini sepenuhnya tergantung pada hasil uji laboratorium BBPOM Sanggau.
Sumber Berita : tribun kalbar






