Dekranasda Pontianak kembali menguatkan peran pelaku UMKM dan ekonomi kreatif melalui serangkaian program pembinaan terstruktur.
Upaya ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan sebuah gerakan kultural untuk menghidupkan kembali seni kriya dan wastra lokal agar mampu bersaing di industri mode modern.
Bagi banyak perempuan kepala keluarga dan penyandang disabilitas, pelatihan ini bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga harapan baru untuk kemandirian ekonomi.
Dekranasda Pontianak Menghidupkan Kembali Akar Kebudayaan Melalui UMKM
Di Aula Rumah Jabatan Wali Kota Pontianak, para peserta pelatihan menenun tampak serius memperhatikan setiap arahan instruktur.
Tangan-tangan yang sebelumnya belum pernah menyentuh alat tenun kini perlahan mengolah benang, menyusunnya menjadi pola.
Bagi sebagian dari mereka, ini adalah pengalaman pertama berinteraksi langsung dengan tradisi wastra khas Melayu Pontianak.
“Kami ingin UMKM dan desainer lokal tidak hanya mengikuti tren global, tetapi mampu membangun tren dari tanahnya sendiri,” ujar Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie, usai membuka kegiatan, Senin (20/10/2025).
Yanieta menekankan bahwa kreatifitas lokal bukan sekadar komoditas ekonomi, ia adalah identitas budaya yang membedakan Pontianak dari kota lain.
Workshop Fashion 2026: Dari Tren ke Inovasi Produk
Peningkatan Kapasitas Pelaku Kreatif
Kegiatan Workshop Trend Fashion 2026 dirangkaikan dengan coaching clinic bagi pelaku kriya dan desainer lokal.
Program ini difokuskan pada peningkatan kualitas desain dan teknik produksi, agar produk-produk UMKM Pontianak memiliki daya saing lebih luas.
“Coaching clinic ini kami gelar untuk memperbaiki kualitas produk sekaligus memperkuat karakter lokal dalam setiap karya,” jelas Yanieta.
Pelaku UMKM tidak hanya diberikan pengetahuan mengenai desain, tetapi juga pembelajaran tentang branding, standar kualitas, serta pendampingan agar mampu masuk ke pasar yang lebih besar, termasuk marketplace nasional.
Pelatihan Menenun: Regenerasi untuk Wastra Pontianak
(H2) Melahirkan Penenun-Penenun Baru
Yanieta menjelaskan bahwa Dekranasda telah menyalurkan alat tenun ke enam kecamatan. Namun tantangan terbesar saat ini adalah minimnya penenun asli Pontianak, yang berpotensi membuat tradisi ini perlahan menghilang.
“Karena itu, pelatihan ini bukan hanya untuk keterampilan, tetapi untuk regenerasi,” katanya.
Bagi perempuan kepala keluarga dan penyandang disabilitas, keahlian menenun memberikan peluang kerja dari rumah. Artinya, mereka tetap dapat menjadi tulang punggung keluarga sambil tetap mempertahankan kearifan lokal.
Sinergi dengan Desainer Nasional
Dari Pelatihan ke Kolaborasi
Saat ini, Dekranasda bekerja sama dengan sejumlah desainer wastra Indonesia, termasuk Mbak Ovi desainer yang dikenal aktif mengembangkan motif-motif tradisi menjadi gaya modern.
Kolaborasi ini penting untuk mendorong perajin menembus ekosistem mode nasional, sekaligus memastikan bahwa setiap produk memiliki nilai estetik, historis, dan pasar.
Lomba Corak Insang: Kreativitas Lokal Berwawasan Identitas
Selain pelatihan, Dekranasda Pontianak juga tengah menggelar Lomba Desain Motif Corak Insang, sebuah motif khas yang menjadi ikon budaya Melayu di Sungai Kapuas.
Proses penjurian masih berlangsung dan karya terbaik akan ditampilkan pada puncak Hari Jadi ke-254 Kota Pontianak.
Langkah ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak hanya dilakukan melalui cerita, tetapi melalui praktik kreativitas.
Mendorong UMKM Naik Kelas, Tanpa Kehilangan Jejak Tradisi
Di tengah derasnya arus produk fesyen impor, mengembangkan mode berbasis kearifan lokal menjadi tantangan tersendiri. Namun Dekranasda Pontianak memilih untuk tidak sekadar menjadi penonton tren, melainkan pelaku yang membentuknya.
Program seperti ini menciptakan ruang aman bagi perempuan, perajin pemula, dan UMKM untuk berkembang tanpa kehilangan jati diri budaya.
Karena pada akhirnya, ekonomi kreatif bukan hanya tentang omzet tetapi tentang identitas, keberanian, dan keberlanjutan warisan.