Hari Jadi Kota Pontianak ke-254 tahun ini akan terasa berbeda. Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menegaskan bahwa perayaan ulang tahun kota yang jatuh pada 23 Oktober 2025 itu akan digelar secara sederhana tanpa kemeriahan berlebihan.
Langkah ini diambil bukan karena kurangnya semangat, melainkan sebagai bentuk efisiensi anggaran dan dorongan agar masyarakat merayakan dengan cara yang lebih bermakna.
“Seperti tahun-tahun yang lalu, rutin kita mempersiapkan upacara dan kemeriahan. Tapi tahun ini dengan kemeriahan yang sederhana. Tidak ada acara-acara hura-hura, tapi kegiatan yang lebih bermakna dan memberi manfaat bagi masyarakat,” ujar Edi.
Hari Jadi Kota Pontianak ke-254 Adanya Efisiensi Anggaran, Tanpa Mengurangi Semangat
Edi menuturkan bahwa keputusan ini diambil setelah melihat situasi keuangan daerah dan kebutuhan yang lebih mendesak. Menurutnya, semangat Hari Jadi Kota Pontianak tidak diukur dari besar kecilnya pesta, tetapi dari seberapa dalam masyarakat bisa merasakan manfaatnya.
Biasanya, setiap tahun pemerintah kota menggelar berbagai kegiatan besar seperti jepin massal, konser rakyat, dan pawai budaya. Namun, tahun ini agenda itu ditiadakan.
“Jepin massal tahun ini tidak ada, karena kita melakukan efisiensi. Tapi tetap ada kegiatan dari masyarakat yang mengadakan secara mandiri,” jelasnya.
Kebijakan ini bukan berarti menghilangkan semangat kebersamaan, melainkan mendorong warga agar ikut berpartisipasi dengan cara yang lebih kreatif dan bermanfaat.
Kegiatan yang Berorientasi pada Masyarakat
Meski tanpa pesta besar, Pemerintah Kota Pontianak tetap menyiapkan sejumlah program apresiasi untuk warga.
Di antaranya adalah diskon voucher belanja di pusat perbelanjaan dan pasar tradisional, serta penghapusan denda pajak sebagai bentuk hadiah ulang tahun dari pemerintah kota.
Langkah ini mendapat sambutan positif dari warga, karena dinilai lebih menyentuh kebutuhan masyarakat secara langsung di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk berpartisipasi dengan menggelar kegiatan budaya, olahraga, kesenian, dan keagamaan di lingkungan masing-masing.
“Ini bentuk kreativitas warga dalam merayakan kotanya. Tidak harus megah, yang penting maknanya kuat,” kata Edi.
Simbol Cinta Kota: Manggar di Setiap Sudut
Untuk menambah semarak, Pemkot Pontianak juga mengajak seluruh instansi pemerintahan, lembaga pendidikan, dan pihak swasta untuk memasang “manggar” hiasan khas yang menjadi simbol kebanggaan warga Pontianak.
Tradisi ini diharapkan menjadi pengingat akan nilai sejarah dan kebersamaan yang sudah terjalin selama dua setengah abad.
Pontianak sudah berusia 254 tahun. Semoga ini menjadi momentum menumbuhkan semangat optimisme dan gotong royong,” tutur Edi.
Pemasangan manggar juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk lebih mengenal identitas kotanya.
Menurut Edi, semangat itu perlu dijaga agar Pontianak tetap tumbuh sebagai kota yang modern tapi berakar kuat pada nilai lokal.