Pandji Pragiwaksono klarifikasi dan minta maaf atas joke Rambu Solo yang kembali viral di media sosial setelah potongan video lawas stand up comedy-nya beredar luas.
Materi tersebut, yang dibawakan dalam pertunjukan “Mesakke Bangsaku” tahun 2013, menyinggung tradisi pemakaman adat Toraja yang sakral dan dihormati masyarakat setempat.
Komika berusia 46 tahun itu akhirnya angkat bicara dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka melalui unggahan di media sosialnya, Minggu (2/11/2025).
Pandji mengaku telah berdialog langsung dengan Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, untuk memahami lebih dalam makna budaya Rambu Solo.
Video Lawas Viral, Pandji Akui Kesalahan
Video potongan lawas yang beredar memperlihatkan Pandji menyinggung prosesi Rambu Solo, ritual pemakaman adat Toraja yang dikenal sakral dan penuh simbol penghormatan terhadap leluhur.
Potongan itu memicu kemarahan banyak warga Toraja, yang menilai lelucon tersebut melecehkan nilai budaya mereka.
Sejak viral, Pandji mengaku menerima banyak pesan, protes, bahkan surat terbuka dari masyarakat Toraja. Ia pun memilih untuk tidak membantah, melainkan mendengar dan belajar.
Berikut Pandji Pragiwaksono Klarifikasi dan Minta Maaf atas Joke Rambu Solo
Selamat pagi, Indonesia.
Terutama untuk masyarakat Toraja yang saya hormati.
Dalam beberapa hari terakhir, saya menerima banyak protes dan kemarahan dari masyarakat Toraja terkait sebuah joke dalam pertunjukan Mesakke Bangsaku tahun 2013. Saya membaca dan menerima semua protes serta surat yang ditujukan kepada saya.
Tadi malam, saya berdialog dengan Ibu Rukka Sombolinggi, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Dalam pembicaraan kami lewat telepon, Ibu Rukka menceritakan dengan sangat indah tentang budaya Toraja-tentang maknanya, nilainya, dan kedalamannya. Dari obrolan itu, saya menyadari bahwa joke yang saya buat memang ignorant, dan untuk itu saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Toraja yang tersinggung dan merasa dilukai.
Saat ini ada dua proses hukum yang berjalan: proses hukum negara, karena adanya laporan ke kepolisian, dan proses hukum adat. Berdasarkan pembicaraan dengan Ibu Rukka, penyelesaian secara adat hanya dapat dilakukan di Toraja.
Ibu Rukka bersedia menjadi fasilitator pertemuan antara saya dengan perwakilan dari 32 wilayah adat Toraja. Saya akan berusaha mengambil langkah itu. Namun bila secara waktu tidak memungkinkan, saya akan menghormati dan menjalani proses hukum negara yang berlaku.
Saya akan belajar dari kejadian ini, dan menjadikannya momen untuk menjadi pelawak yang lebih baik-lebih peka, lebih cermat, dan lebih peduli.
Saya juga berharap kejadian ini tidak membuat para komika berhenti mengangkat nilai dan budaya dalam karya mereka. Menurut saya, anggapan bahwa pelawak tidak boleh membicarakan SARA kurang tepat. Indonesia adalah negara dengan keragaman luar biasa: suku, agama, ras, dan antargolongan adalah bagian dari jati diri bangsa ini.
Yang penting bukan berhenti membicarakan SARA, tapi bagaimana membicarakannya tanpa merendahkan atau menjelek-jelekkan.
Semoga para komika di Indonesia terus bercerita tentang adat dan tradisi bangsa ini-dengan cara yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih menghormati.
Terima kasih.






