Karhutla Ketapang kembali memakan korban jiwa. Seorang pria di Desa Tempurukan, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, dilaporkan meninggal dunia akibat sesak napas saat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melanda wilayah tersebut pada Senin, 28 Juli 2025.
Awalnya, korban sempat diduga sebagai petugas pemadam kebakaran yang gugur dalam tugas. Namun, fakta baru yang disampaikan langsung oleh Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, membantah asumsi itu. Sang korban ternyata warga yang justru tengah membakar ladangnya sendiri secara ilegal.
Korban Karhutla Ketapang Ternyata Pembakar Lahan
Gubernur Ria Norsan menyampaikan klarifikasi mengejutkan usai menghadiri Rapat Koordinasi Penanggulangan Karhutla di Pontianak, Jumat, 1 Agustus 2025. Menurutnya, korban bukan petugas pemadam, melainkan masyarakat yang secara diam-diam membuka lahan dengan cara membakar.
“Informasi yang kami terima dari lapangan menyatakan bahwa yang bersangkutan membakar ladang tanpa sepengetahuan siapa pun,” jelas Norsan kepada awak media.
Lebih lanjut, mantan Bupati Mempawah dua periode itu menegaskan bahwa korban meninggal akibat terjebak asap tebal dan api yang mengepung dirinya sendiri saat melakukan pembakaran lahan.
Korban Ditemukan Lemas oleh Tim Patroli
Ria Norsan menjelaskan bahwa korban ditemukan dalam kondisi lemas oleh tim patroli lapangan. Ia diduga kehilangan kesadaran akibat asap pekat, lalu meninggal dunia sebelum sempat diselamatkan.
“Dia datang ke ladangnya sendirian. Setelah membakar, dia terkepung asap dan lemas. Tim patroli menemukan korban sudah tidak bernyawa,” katanya.
Norsan kembali menegaskan bahwa peristiwa ini bukan kecelakaan saat upaya pemadaman. “Kalau petugas kami gugur saat bertugas, tentu ada catatan. Tapi ini bukan. Ini warga yang membakar ladang pribadi,” tegasnya.
Gubernur Norsan juga mengingatkan bahwa Kalimantan Barat kini tengah menghadapi musim kemarau yang diperparah oleh fenomena El Nino.
Akibatnya, risiko kebakaran hutan dan lahan meningkat drastis, termasuk ancaman kabut asap yang dapat mengganggu aktivitas warga dan kesehatan masyarakat.
“BMKG memperkirakan curah hujan akan sangat rendah sepanjang Juli hingga September 2025. Ini masa kritis yang butuh perhatian ekstra,” kata Norsan.
Data terbaru menyebutkan, hingga 31 Mei 2025, luas lahan yang terbakar di Kalimantan Barat telah mencapai 1.149,02 hektar. Angka ini menempatkan Kalbar sebagai provinsi dengan karhutla terluas kedua di Indonesia setelah Riau.