Cap Go Meh 2026 Pontianak dipersiapkan selaras Ramadan dengan penyesuaian waktu agar tetap harmonis dan menghormati ibadah warga.
Puncak Cap Go Meh jatuh pada 3 Maret 2026, bertepatan dengan bulan suci Ramadan yang diperkirakan dimulai pada 18 Februari.
Cap Go Meh selama ini dikenal sebagai salah satu festival budaya terbesar di Pontianak. Atraksi naga, barongsai, pawai budaya, kuliner, hingga pasar malam menjadi bagian yang selalu ditunggu warga.
Namun, dengan berlangsungnya Ramadan, pelaksanaan festival harus dirancang lebih hati-hati agar tetap meriah tanpa mengganggu umat muslim yang sedang berpuasa maupun beribadah.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, memastikan bahwa seluruh kegiatan Cap Go Meh 2026 Pontianak dipersiapkan akan berjalan harmonis. Pemerintah telah menggelar sejumlah pertemuan dengan panitia, tokoh masyarakat Tionghoa, dan unsur keagamaan untuk membahas teknis pelaksanaan.
“Cap Go Meh ini merupakan kegiatan budaya yang menjadi agenda tetap tahunan Pemerintah Kota Pontianak, dan kebetulan tahun depan berbarengan dengan bulan suci Ramadan,” ujarnya.
Penyesuaian Penting dalam Festival Cap Go Meh
Panitia festival telah menyiapkan sejumlah penyesuaian yang menjadi dasar pelaksanaan Cap Go Meh 2026 Pontianak Dipersiapkan Selaras Ramadan. Salah satu keputusan utama adalah pengaturan ulang waktu atraksi.
Biasanya, pertunjukan barongsai dan naga berlangsung sejak sore hingga malam. Namun, tahun depan atraksi itu hanya akan digelar setelah salat tarawih selesai. Penyesuaian ini dilakukan untuk menjaga ketenangan selama waktu ibadah, sekaligus memberikan kesempatan kepada warga muslim untuk ikut menyaksikan setelah mereka menunaikan salat.
“Kalau festivalnya digelar setelah tarawih, itu jauh lebih memungkinkan. Sementara pasar malam dapat dibuka sejak sore sebagai pasar juadah dan menjual perlengkapan Ramadan,” jelas Edi.
Konsep pasar malam ini diprediksi menjadi salah satu daya tarik baru Cap Go Meh 2026 Pontianak , karena mampu menyatukan budaya Cap Go Meh dengan suasana Ramadan. Pedagang makanan dapat menjajakan menu berbuka puasa, sementara pedagang lainnya menjual pernak-pernik budaya Tionghoa dan kebutuhan Ramadan.
Menjaga Ketentraman dan Ketertiban
Pemerintah menempatkan ketentraman warga sebagai prioritas utama selama penyelenggaraan Cap Go Meh 2026 Pontianak. Selain waktu ibadah, pengaturan arus lalu lintas, suara pengeras, dan durasi acara juga menjadi perhatian.
Wali Kota menegaskan agar tidak ada aktivitas festival yang berlangsung di waktu-waktu sensitif seperti menjelang magrib, saat azan, dan ketika umat muslim melaksanakan salat tarawih.
“Yang penting tidak mengganggu ibadah umat muslim. Kita atur dengan baik dan kita jaga agar Pontianak tetap nyaman selama Ramadan,” tegasnya.
Pemerintah juga akan meningkatkan koordinasi dengan kepolisian dan petugas keamanan untuk memastikan keramaian tetap terkendali dan aman.
Toleransi yang Sudah Mengakar di Pontianak
Pontianak dikenal sebagai kota yang kaya akan keberagaman, di mana masyarakat Tionghoa, Melayu, Dayak, dan kelompok etnis lain hidup berdampingan secara harmonis. Kehadiran Cap Go Meh 2026 Pontianak menjadi momentum untuk menunjukkan kuatnya nilai toleransi di kota ini.
Menurut Edi, masyarakat Pontianak memiliki kebiasaan saling menghormati perayaan agama masing-masing. Ketika perayaan budaya jatuh pada bulan suci, penyesuaian bukan hanya menjadi aturan, tetapi bagian dari kesadaran kolektif.
“Intinya kita ingin semuanya berjalan harmonis dan Pontianak tetap menjadi kota yang toleran. Setiap perayaan bisa berlangsung tanpa mengganggu satu sama lain,” ungkapnya.






