Bencana Hidrometeorologi menjadi fokus utama. Gubernur Ria Norsan tegaskan sinergi Forkopimda pasca Apel Siaga. Waspadai banjir dan longsor.
Bencana Hidrometeorologi adalah ancaman nyata yang harus dihadapi dengan kolaborasi total. Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar bersama seluruh elemen Forkopimda dan stakeholder terkait, terus bekerja secara kolaboratif.
Tujuannya jelas, menghadapi potensi bencana alam akibat perubahan cuaca ekstrem yang diprediksi memuncak di akhir tahun.
Peningkatan curah hujan telah memicu kekhawatiran akan terjadinya banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Oleh karena itu, Gubernur mengimbau masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Kesiapsiagaan ini bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama.
Meningkatkan Kewaspadaan di Fase Krusial Akhir Tahun
Apel yang dipimpin langsung oleh Kapolda Kalbar, Irjen Pol Pipit Rismanto, menjadi penanda keseriusan. Partisipasi jajaran TNI, Polri, pemerintah daerah, BNPB, Basarnas, PMI, BMKG, hingga komunitas masyarakat peduli bencana menunjukkan kesiapan multi-sektor.
“Apel kesiapsiagaan ini merupakan bentuk kerja sama seluruh unsur, baik pemerintah daerah, Forkopimda, BNPB, hingga masyarakat peduli api dan banjir. Kita harus bersatu dalam menghadapi potensi bencana akibat cuaca ekstrem,” ujar Gubernur Ria Norsan.
Langkah Mitigasi Nyata: Dari Normalisasi hingga Modifikasi Cuaca
Pemerintah Provinsi Kalbar menyadari bahwa pencegahan adalah kunci. Langkah mitigasi yang disiapkan mencakup upaya normalisasi sungai yang selama ini mengalami pendangkalan. Normalisasi ini diharapkan dapat meningkatkan daya tampung air dan mengurangi risiko banjir di kawasan padat penduduk.
Selain itu, Pemprov juga memastikan kesiapan sarana evakuasi dan logistik. Ketersediaan perahu karet, tenda pengungsian, dan distribusi bantuan menjadi fokus utama dalam menghadapi dampak Bencana Hidrometeorologi Kalbar.
Bahkan, Ria Norsan menyebutkan opsi modifikasi cuaca sebagai langkah ekstrem yang siap dipertimbangkan jika curah hujan mencapai level yang mengkhawatirkan dan berpotensi melumpuhkan aktivitas publik. Ini adalah upaya keras yang menunjukkan komitmen pencegahan dini.
Indonesia di Tiga Besar Negara Rawan Bencana
Kapolda Kalbar, Irjen Pol Pipit Rismanto, memberikan perspektif yang lebih luas mengenai urgensi kesiapsiagaan ini. Ia mengingatkan bahwa Indonesia termasuk dalam tiga besar negara dengan tingkat kerawanan bencana tertinggi di dunia. Fakta ini mendasari mengapa kesiapsiagaan seluruh unsur menjadi sangat penting.
Polri, lanjut Kapolda, berkomitmen memperkuat sinergi lintas sektor. Tujuannya adalah memastikan bahwa respons terhadap Bencana Hidrometeorologi Kalbar dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan terkoordinasi. Bencana alam memiliki sifat multidimensi, yang berarti penanganannya tidak bisa diserahkan hanya kepada satu instansi saja.
“Bencana bersifat multidimensi, sehingga kecepatan dan ketepatan respons menjadi faktor utama keberhasilan penanganan. Melalui sinergi TNI, Polri, pemerintah, dan masyarakat, kita ingin memastikan keselamatan rakyat sebagai prioritas utama,” ujarnya
Pentingnya Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana Kalbar
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi tidak hanya diukur dari jumlah pasukan yang diturunkan. Lebih dari itu, kesiapsiagaan diukur dari kualitas koordinasi dan edukasi masyarakat.
BMKG berperan penting dalam memberikan informasi dini (early warning system). Data akurat mengenai peningkatan curah hujan menjadi dasar bagi seluruh Forkopimda Kalbar untuk menggerakkan logistik dan personel ke titik-titik rawan.
Masyarakat Peduli Bencana (MPB) dan PMI menjadi ujung tombak di garis depan, membantu proses evakuasi dan distribusi logistik. Kolaborasi dari tingkat provinsi hingga desa ini membentuk rantai komando yang efektif, memastikan tidak ada korban yang terlantar saat musibah terjadi.






