Dua kontainer Produk Alas Kaki Indonesia dikembalikan AS karena diduga terpapar radioaktif Cs-137. Satgas sebut temuan ini berbarengan dengan kasus udang dan cengkeh.
Sektor manufaktur Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan serius terkait isu keamanan produk yang diekspor ke pasar internasional.
Kali ini, fokus tertuju pada Produk alas kaki Indonesia yang diduga terpapar radiasi radionuklida Cesium-137 (Cs-137).
Temuan kerawanan ini diindikasi oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS), memicu kepulangan dua kontainer produk tersebut ke Tanah Air.
Insiden ini menambah daftar panjang kekhawatiran global terhadap keamanan produk ekspor Indonesia pasca-kasus serupa pada komoditas udang dan cengkeh.
Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi Radionuklida Cs-137, Bara Krishna Hasibuan, mengonfirmasi kabar tersebut. Ia menyebut, dua kontainer yang dicurigai mengandung Cs-137 telah dipulangkan oleh AS.
Produk alas kaki Indonesia ini berasal dari sebuah perusahaan industri yang berlokasi di Cikande, Serang, Banten.
Lokasi pabrik tersebut, menurut Bara, berada di luar kawasan industri namun masih dalam radius 5 km dari sumber kontaminasi Cs-137 yang teridentifikasi, yaitu fasilitas PT Peter Metal Technology (PT PMT).
Kronologi Temuan dan Langkah Pemeriksaan BRIN
Bara Krishna Hasibuan menjelaskan bahwa kontainer pertama yang dicurigai sudah tiba di Indonesia sejak bulan lalu. Sayangnya, kontainer tersebut belum diproses atau diperiksa secara resmi oleh pihak produsen.
Sementara itu, kontainer kedua tiba di Indonesia pada 29 Oktober lalu, disertai notifikasi resmi dari FDA AS mengenai adanya kontaminasi Cs-137. Tim Satgas dan otoritas terkait langsung bergerak cepat menanggapi kontainer kedua ini.
“Hasil pemeriksaan dari kontainer kedua tidak ditemukan kontaminasi di permukaan sehingga aman untuk disimpan di pelabuhan,” terang Bara dalam konferensi pers di Kemenko Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Rabu (12/11/2025).
Meskipun permukaan kontainer dinyatakan aman, pihak berwenang kini mengambil langkah vital untuk memastikan keamanan isi di dalamnya. Bara menyebutkan bahwa saat ini sedang dilakukan pengujian pada isi kontainer, yaitu produk alas kaki Indonesia itu sendiri.
Proses pengujian ini dilaksanakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hasil uji BRIN sangat krusial untuk menentukan sejauh mana paparan radioaktif terjadi dan langkah mitigasi apa yang harus diambil selanjutnya.
Kesamaan Waktu dengan Kasus Udang dan Cengkeh
Salah satu temuan penting yang diungkap oleh Satgas adalah dugaan waktu kontaminasi. Bara Krishna Hasibuan mengindikasikan bahwa dugaan kontaminasi pada alas kaki asal Cikande ini kemungkinan terjadi bersamaan dengan kasus cemaran radiasi pada komoditas ekspor lain, yaitu udang dan cengkeh, yang mencuat beberapa waktu lalu.
“Jadi, kelihatan kalau dari awal dari investigasi kita, awalnya kemungkinan terjadi kontaminasi itu same time, di waktu yang bersamaan (dengan udang dan cengkeh). Itu kelihatannya kira-kira bulan Mei,” tutur Bara.
Indikasi ini memperkuat dugaan bahwa sumber kontaminasi di wilayah Cikande kemungkinan telah aktif memancarkan radiasi sejak periode waktu tersebut, dan paparan tidak hanya menimpa satu jenis industri, melainkan beberapa komoditas sekaligus yang berada di dalam radius bahaya.
Ketika dikonfirmasi mengenai nama produsen alas kaki yang dimaksud, apakah itu perusahaan besar seperti Nikomas Gemilang, Bara Krishna Hasibuan memilih untuk tidak menyebutkan nama lengkap perusahaan tersebut. Ia hanya menyebutkan inisial perusahaan: “Ya, inisial NM,” ucapnya.






