Trump klaim hancurkan fasilitas nuklir Iran dalam pernyataan publiknya usai mengumumkan gencatan senjata Iran–Israel yang dimediasi Amerika Serikat.
Namun, penilaian awal dari badan intelijen AS justru menunjukkan bahwa kerusakan pada program nuklir Iran jauh dari total. Fakta ini mengguncang publik dan menimbulkan pertanyaan besar soal efektivitas serangan tersebut.
“Kami telah menyingkirkan dua ancaman eksistensial langsung terhadap kami: ancaman pemusnahan nuklir dan ancaman pemusnahan oleh 20.000 rudal balistik,” kata Netanyahu.
Setelah 12 hari konflik bersenjata antara Iran dan Israel, ketegangan akhirnya mereda. Gencatan senjata diumumkan Presiden Donald Trump dengan penuh percaya diri, bahkan menyebut bahwa AS telah mengerahkan bom 30.000 pon untuk menghancurkan fasilitas nuklir utama Iran.
Namun, analisis dari Defense Intelligence Agency (DIA) menyebut serangan itu hanya memperlambat program nuklir Iran beberapa bulan saja.
Trump Klaim Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran, Washington Bantah Penilaian Intelijen Sendiri
Gedung Putih membantah laporan intelijen tersebut dan menyebutnya “tidak akurat.” Namun bantahan itu justru memunculkan keraguan di kalangan analis kebijakan luar negeri dan masyarakat internasional. Mereka mempertanyakan: jika fasilitas nuklir Iran benar-benar hancur, mengapa intelijen AS sendiri mengatakan sebaliknya?
Sikap saling bertentangan antara pemimpin eksekutif dan lembaga intelijen ini memperlihatkan adanya potensi krisis kredibilitas di tubuh pemerintahan. Isu ini bukan hanya soal kemenangan simbolik, tapi menyangkut kepercayaan dunia terhadap pernyataan resmi AS.
Iran dan Israel Masih Saling Tuding, Gencatan Rapuh
Meskipun gencatan senjata telah diumumkan secara resmi, baik Iran maupun Israel belum sepenuhnya menghentikan saling serang. Kedua negara saling menuduh pihak lain melanggar waktu dimulainya gencatan.
Situasi ini membuat banyak pihak khawatir bahwa jeda konflik hanyalah sementara. Banyak yang menduga bahwa perang bisa saja kembali pecah jika ketegangan dipicu oleh aksi balasan atau insiden kecil di kemudian hari.
Dunia Menanti Kejelasan dan Transparansi
Dengan Iran yang tetap menyatakan bahwa program nuklirnya adalah untuk kepentingan sipil, dan Israel yang masih melihatnya sebagai ancaman eksistensial, dunia kini berada di persimpangan. Apakah klaim Trump hanya strategi politik semata? Ataukah memang ada keberhasilan yang tidak bisa diungkap ke publik?
Di tengah kebingungan ini, satu hal menjadi jelas: transparansi informasi dan koordinasi internasional sangat dibutuhkan untuk mencegah konflik lebih besar. Gencatan ini mungkin membawa napas lega sementara, namun pertanyaan besar tetap menggantung di udara: apakah ini benar-benar akhir, atau hanya awal dari babak baru yang lebih berbahaya?