AS bombardir Iran pada Sabtu malam (21/6) waktu setempat, menargetkan tiga fasilitas nuklir utama: Fordow, Natanz, dan Esfahan.
Presiden Donald Trump mengumumkan serangan ini melalui platform Truth Social, menyebutnya sebagai operasi militer yang “sangat berhasil” dan menyatakan bahwa semua pesawat tempur telah keluar dari wilayah udara Iran dengan selamat.
Langkah ini memicu lonjakan ketegangan di Timur Tengah dan menimbulkan kekhawatiran global bahwa konflik regional akan berubah menjadi perang terbuka yang lebih luas, melibatkan kekuatan-kekuatan besar dunia.
Tiga Target Kunci Nuklir Iran Dihancurkan
Serangan udara tersebut menggunakan pesawat siluman B-2, satu-satunya pesawat yang mampu membawa bom penghancur bunker seberat 30.000 pon. Sumber di Pentagon menyebutkan bahwa Fordow menjadi target utama karena lokasinya yang berada jauh di bawah permukaan tanah, menjadikannya salah satu fasilitas paling sulit untuk dihancurkan secara konvensional.
“Muatan penuh bom dijatuhkan di situs utama Fordow,” tulis Trump dalam unggahan resmi.
Selain Fordow, fasilitas Natanz dan Esfahan juga menjadi sasaran serangan. Natanz telah lama dicurigai sebagai tempat pengayaan uranium, sementara Esfahan merupakan pusat produksi bahan bakar nuklir dan kegiatan riset teknologi nuklir.
Reaksi Internasional dan Ancaman Balasan Iran
Sejumlah negara langsung bereaksi atas serangan tersebut. Uni Eropa mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak agar kedua pihak menahan diri. Jerman dan Prancis menyuarakan keprihatinan mendalam, sementara Tiongkok dan Rusia mengecam keras langkah militer AS, menyebutnya sebagai tindakan agresi sepihak yang berpotensi memperburuk stabilitas global.
AS Bombardir Iran, Iran Siap Retaliasi Militer
Iran merespons keras dengan menyebut serangan ini sebagai “pelanggaran kedaulatan” dan “tindakan perang”. Pemerintah Iran memperingatkan bahwa respons militer “dalam skala penuh” sedang disiapkan, termasuk kemungkinan serangan terhadap basis militer AS di Irak, Suriah, dan wilayah Teluk.
Trump: Serangan untuk Perdamaian?
Meskipun serangan ini merupakan salah satu keputusan militer paling berisiko dari masa jabatan kedua Trump, presiden AS itu justru mengakhiri pernyataannya dengan seruan damai.
“Sekarang saatnya perdamaian. Iran harus mengakhiri perang ini,” tulisnya.
Trump juga menyatakan tidak memiliki rencana untuk melakukan serangan lanjutan, dan berharap Iran mau kembali ke meja perundingan setelah pesan “tegas” dari kekuatan militer AS.
B-2 Bomber dan Strategi Serangan Presisi
Penggunaan B-2 Spirit Stealth Bomber dalam misi ini bukan tanpa alasan. Selain kemampuannya menghindari radar, B-2 dapat menjangkau target jauh dengan akurasi tinggi dan daya hancur besar. Setiap pesawat membawa dua bom Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang secara khusus dirancang untuk menghancurkan struktur bawah tanah seperti fasilitas Fordow.
Analis pertahanan memperkirakan serangan ini telah direncanakan selama lebih dari seminggu, menyusul serangan Israel terhadap posisi milisi pro-Iran di Lebanon dan Suriah yang memicu reaksi berantai di kawasan.
Dampak Terhadap Stabilitas Global
Harga Minyak Naik, Pasar Global Guncang
Serangan ini berdampak langsung pada pasar global. Harga minyak mentah melonjak lebih dari 8% dalam hitungan jam setelah serangan terjadi, sementara indeks saham di Asia dan Eropa mengalami tekanan tajam akibat kekhawatiran akan ketidakstabilan regional.
Kemungkinan Serangan Siber dan Terorisme Balasan
Pakar keamanan siber memperingatkan potensi serangan balasan tidak hanya dalam bentuk militer konvensional, tetapi juga melalui serangan siber terhadap infrastruktur penting AS dan sekutunya. Ancaman terorisme global juga kembali meningkat, dengan badan intelijen di berbagai negara meningkatkan tingkat kewaspadaan nasional.