Keracunan MBG di Landak membuat puluhan siswa dirawat. Ini kronologi lengkap, respons pemerintah, dan kondisi terbaru para pelajar.
Insiden keracunan MBG di Landak pada Rabu (19/11/25) memantik kekhawatiran publik setelah puluhan siswa SMA/SMK Maniamas dilarikan ke fasilitas kesehatan. Sejak pagi hingga malam, ruang gawat darurat dipadati pelajar yang mengalami mual, muntah, hingga diare usai menyantap menu Makanan Bergizi Gratis atau MBG. Kasus keracunan MBG di Landak ini bukan hanya soal makanan, tetapi tentang rasa aman para orangtua terhadap program pangan sekolah.
Puluhan remaja itu sebelumnya memakan soto ayam menu MBG yang hari itu disajikan sekitar pukul 10.00 WIB. Beberapa menit berselang, keluhan mulai bermunculan. Para guru panik. Ambulans hilir mudik. Hingga malam, kasus keracunan MBG di Landak terus bertambah dan membuat suasana sekolah berubah menjadi penuh kecemasan.
Kronologi Lengkap Insiden Keracunan MBG
Pada hari kejadian, menu soto ayam yang menjadi bagian program gizi tiba lebih lambat dari biasanya. Tidak ada yang curiga. Para siswa makan bersama sebelum memulai pelajaran siang. Namun sekitar satu jam kemudian, gejala keracunan MBG di Landak mulai muncul.
Keluhan pertama datang dari siswa kelas XI yang tiba-tiba merasakan mual, pusing, dan muntah. Ia mengaku tidak mengonsumsi makanan lain sejak pagi, sehingga dugaan kuat langsung tertuju pada menu MBG. Pengakuannya menjadi salah satu keterangan awal dalam penanganan kasus keracunan MBG di Landak tersebut.
Ia mengatakan aroma dan rasa makanan tidak menunjukkan kejanggalan. Segalanya terasa normal. Justru karena itulah, banyak siswa memakannya tanpa ragu. Cerita serupa diungkapkan siswa lain yang dirawat di RSUD Landak dan Klinik Utama St. Elisabeth Hungaria Ngabang. Semua mengisahkan pola gejala yang hampir sama.
Respons Darurat: RSUD dan Klinik Kewalahan
Kasus keracunan MBG di Landak membuat ruang IGD menjadi lebih padat dari biasanya. Petugas medis bekerja cepat menangani siswa yang datang bergelombang, sebagian diantar keluarga, sebagian lagi oleh para guru menggunakan sepeda motor.
Hingga malam hari, petugas klinik masih menerima siswa yang datang dengan kondisi lemas. Gangguan pencernaan menyerang banyak dari mereka hampir bersamaan. Meski begitu, pihak fasilitas kesehatan memastikan seluruh pasien mendapatkan terapi cairan dan observasi intensif.
Pernyataan Resmi: Keselamatan Siswa Jadi Prioritas
Koordinator Wilayah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Landak, Yohanes, menyampaikan permohonan maaf mendalam atas insiden keracunan MBG di Landak tersebut. Dalam pernyataan resminya, ia menegaskan bahwa SOP dalam pengolahan makanan akan tetap dijalankan, namun prioritas paling utama saat ini adalah keselamatan siswa.
“Kami akan tetap melaksanakan SOP, itu yang utama. Tetapi ada hal penting lagi yang paling utama adalah keselamatan, kesehatan, dan penanganan medis bagi anak-anak kami yang terdampak. Itu poin paling penting,” tegasnya.
Yohanes berharap penanganan medis berlangsung maksimal di RSUD Landak maupun di klinik. Untuk mencegah kejadian serupa, ia memastikan dapur SPPG Hilir Kantor Ngabang II dihentikan sementara sambil menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan. Langkah ini menjadi bagian penting dalam memutus rantai risiko keracunan MBG di Landak.
Dapur MBG Dihentikan Sementara
Keputusan menutup sementara dapur pengolahan makanan tidak diambil sembarangan. Investigasi menyeluruh telah dimulai, termasuk pengecekan bahan baku, suhu penyimpanan, hingga proses distribusi makanan. Selain memastikan akar penyebab keracunan MBG di Landak, langkah ini diharapkan memberi rasa aman bagi orangtua murid.
Pihak sekolah mengaku turut memantau perkembangan kondisi kesehatan siswa. Koordinasi dengan puskesmas dan dinas kesehatan terus dilakukan. Mereka berharap hasil lab dapat memberikan jawaban pasti agar kejadian seperti ini tidak terulang dalam program gizi di masa mendatang.
Program MBG Dipertanyakan, Namun Diharapkan Tetap Berlanjut
Kasus keracunan MBG di Landak ini menjadi sorotan publik karena MBG merupakan program yang bertujuan mulia: memastikan pelajar mendapat asupan gizi yang layak. Namun insiden seperti ini memunculkan pertanyaan terkait kualitas pengawasan dan distribusi makanan di lapangan.
Meski begitu, banyak orangtua berharap program ini tidak dihentikan sepenuhnya. Bagi sebagian keluarga, MBG sangat membantu kebutuhan nutrisi anak. Yang diperlukan adalah evaluasi, sistem pengawasan yang lebih ketat, dan pelibatan lebih banyak ahli pangan agar kejadian keracunan MBG di Landak tidak lagi menghantui siswa.






