Perbedaan ghosting dan orbiting, adalah dua perilaku menghilang dalam hubungan di era media sosial. Kenali ciri-ciri, dampak psikologis, dan cara menghadapinya.
Di era digital yang serba terhubung, ironisnya, ada banyak cara baru bagi seseorang untuk mengakhiri komunikasi atau hubungan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Dua istilah yang kini sangat akrab di telinga, terutama bagi pengguna media sosial dan aplikasi kencan, adalah ghosting dan orbiting.
Meskipun keduanya sama-sama melibatkan aksi menghilang dari komunikasi, terdapat Perbedaan ghosting dan orbiting yang fundamental dalam perilaku dan dampaknya terhadap korban.
Memahami perbedaan ini sangat penting untuk mengenali pola hubungan tidak sehat dan menjaga kesehatan mental.
Perbedaan ghosting dan orbiting menjadi topik hangat karena fenomena ini sangat sering terjadi. Ghosting, yang secara harfiah berarti “menjadi hantu,” merujuk pada tindakan tiba-tiba memutuskan semua kontak dengan seseorang tanpa memberikan penjelasan sama sekali.
Sementara itu, orbiting adalah evolusi yang lebih modern dan menyakitkan dari ghosting. Pelaku orbiting telah menghentikan komunikasi verbal dan kontak tatap muka, namun mereka tetap “mengorbit” di sekitar korban melalui media sosial. Mereka tidak pernah benar-benar pergi seutuhnya, melainkan terus mengawasi dari kejauhan.
Ghosting: Menghilang Total Tanpa Jejak
Ghosting adalah bentuk pengakhiran hubungan atau komunikasi yang paling definitif. Istilah ini merangkum tindakan seseorang yang, tanpa peringatan atau alasan, mengabaikan semua pesan, panggilan, dan upaya kontak dari pihak lain. Pelaku ghosting memilih cara termudah—dan paling pengecut—untuk menghindari konfrontasi atau penjelasan yang tidak nyaman.
Ciri Khas Ghosting:
- Penghentian Komunikasi Total: Semua saluran komunikasi (WhatsApp, telepon, direct message) diblokir atau diabaikan.
- Tidak Ada Kehadiran Digital: Pelaku berhenti berinteraksi atau mengawasi aktivitas media sosial korban.
- Motivasi: Umumnya didorong oleh keinginan menghindari tanggung jawab emosional, konflik, atau rasa bersalah.
Dampak ghosting pada korban sangat signifikan. Korban sering kali merasa bingung, mempertanyakan harga diri, dan terus mencari alasan atas pengabaian tersebut, sebuah kondisi psikologis yang dikenal sebagai ambiguous loss (kehilangan yang samar).
Orbiting: Menghilang Tapi Masih “Mengawasi”
Jika ghosting adalah pemutusan total, orbiting adalah Perbedaan ghosting dan orbiting yang paling jelas. Pelaku orbiting telah menyelesaikan fase ghosting (menghentikan semua komunikasi langsung), tetapi mereka tetap berada di “orbit” digital korban.
Ciri Khas Orbiting:
- Komunikasi Nol: Tidak ada balasan pesan atau panggilan.
- Interaksi Digital Pasif: Pelaku secara teratur menonton Stories di Instagram atau Facebook korban, memberikan like pada foto lama, atau melihat profil LinkedIn, namun tidak pernah mengirim pesan langsung.
- Motivasi: Pelaku ingin menjaga opsi tetap terbuka (keep the door open), memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang kehidupan korban, atau mempertahankan ego tanpa harus kembali menjalin hubungan secara nyata.
Perilaku orbiting sering kali dianggap lebih menyakitkan daripada ghosting murni karena menciptakan harapan palsu. Korban terus merasa kehadiran pelaku, sehingga sulit untuk move on. Perilaku ini menjaga korban tetap tergantung pada siklus kecil interaksi digital yang tidak berarti.
Perbedaan Ghosting dan Orbiting Dampak Psikologis pada Korban
Kedua fenomena ini memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan mental. Ghosting dapat merusak harga diri dan menimbulkan keraguan diri yang mendalam. Korban cenderung menyalahkan diri sendiri, bertanya-tanya “apa yang salah dari saya?”
Sementara itu, orbiting memberikan trauma yang lebih berkelanjutan. Menurut para psikolog, orbiting seperti menarik ulur emosi. Kehadiran digital pelaku memberikan reward intermiten (intermittent reinforcement), yang membuat otak korban terus berharap akan adanya komunikasi nyata, sehingga proses penyembuhan menjadi terhambat dan berkepanjangan. Korban harus secara sadar membedakan antara interaksi virtual yang tidak berkomitmen dan komunikasi nyata.
Cara Mengatasi dan Melindungi Diri
Menghadapi ghosting atau orbiting membutuhkan strategi yang jelas, terutama di dunia yang serba digital:
- Tetapkan Batasan Digital: Jika menjadi korban orbiting, jangan ragu untuk memblokir pelaku di media sosial. Hapus “penonton” yang tidak diinginkan dari hidup digital Anda untuk memutus siklus intermittent reinforcement.
- Tarik Garis Merah: Sadari bahwa perilaku ghosting dan orbiting bukanlah cerminan dari nilai diri Anda, melainkan cerminan dari ketidakdewasaan emosional atau ketidakmampuan pelaku dalam berkomunikasi.
- Cari Penutupan Sendiri: Jangan menunggu penjelasan dari pelaku. Berikan penutupan (closure) itu pada diri Anda sendiri dengan menerima bahwa diamnya mereka adalah jawaban yang Anda butuhkan.
Memahami Perbedaan ghosting dan orbiting adalah langkah pertama menuju hubungan yang lebih sehat. Ini mengingatkan kita bahwa komunikasi yang jujur dan berani menghadapi kenyataan adalah fondasi utama dari setiap interaksi manusia yang dewasa dan saling menghargai.






