Pasar keuangan global guncang setelah Amerika Serikat melancarkan serangan militer ke tiga fasilitas nuklir utama milik Iran. Aksi tersebut langsung mengguncang sentimen pasar dan memicu gelombang volatilitas di berbagai instrumen investasi, mulai dari saham hingga kripto.
Di tengah klaim kerusakan besar yang belum dikonfirmasi secara independen, para investor kini berada dalam mode siaga tinggi, mewaspadai potensi eskalasi konflik yang dapat berdampak luas pada pasokan energi global dan inflasi.
Indeks Saham AS Terkoreksi, Energi dan Pertahanan Jadi Fokus
Buntut dari serangan ini, indeks saham seperti S&P 500 futures menunjukkan penurunan signifikan. Sektor-sektor yang sensitif terhadap geopolitik langsung menjadi sorotan, terutama energi dan pertahanan.
Saham-saham perusahaan seperti Chevron dan ExxonMobil masih mampu bertahan, bahkan mencatat kenaikan karena lonjakan harga minyak. Begitu juga saham di sektor pertahanan seperti Lockheed Martin dan Northrop Grumman yang kinerjanya terangkat oleh ekspektasi peningkatan belanja militer.
Namun di tengah euforia singkat ini, pasar tetap dibayangi kekhawatiran mendalam. Bila konflik tidak mengganggu pasokan minyak secara langsung, koreksi bisa terjadi secara tiba-tiba. Sentimen masih sangat rapuh, dan pelaku pasar memilih menunggu arah yang lebih pasti.
Merespon kondisi tersebut, Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku menilai secara umum, baik
pasar saham AS maupun kripto bergerak defensif dan berpotensi menjadi lebih sensitif
terhadap perkembangan terbaru di Timur Tengah di tengah potensi eskalasi konflik yang
bisa berdampak lebih luas pada sentimen risiko global.
“Sementara itu, indeks saham AS masih cenderung bergerak datar dan harga emas naik
tipis, menandakan pelaku pasar yang saat ini kembali mengambil sikap wait and see
terhadap risiko geopolitik, pasca koreksi yang terjadi akhir pekan kemarin. Sementara itu
harga minyak mentah tetap tinggi di sekitar $76 per barel setelah lonjakan hampir 4%, dipicu
kekhawatiran potensi Iran memblokir Selat Hormuz,” jelas Fahmi.
Harga Minyak Naik, Selat Hormuz Jadi Titik Kritis
Lonjakan harga minyak mentah menjadi salah satu indikator ketegangan yang paling nyata. Dengan harga Brent mendekati USD 76 per barel, pasar mencerminkan kekhawatiran serius bahwa Iran bisa menutup Selat Hormuz, jalur vital distribusi minyak global.
Jika itu terjadi, bukan hanya harga energi yang melonjak, tetapi inflasi global berpotensi kembali membara setelah sempat mereda dalam beberapa bulan terakhir. Ini menjadi mimpi buruk tersendiri bagi bank sentral di berbagai negara yang tengah berjuang mengendalikan harga.
Pasar Keuangan Global Guncang Bitcoin Terpukul, Tapi Tunjukkan Tanda Pemulihan
Tak hanya pasar tradisional, Bitcoin dan pasar kripto juga terimbas keras. Mata uang digital terbesar di dunia ini sempat anjlok di bawah USD 100.000 sebelum akhirnya mulai bangkit ke kisaran USD 101.000. Altcoin seperti ETH, XRP, dan SOL juga mengalami penurunan tajam sebelum pulih secara perlahan.
Investor kripto, yang terbiasa dengan fluktuasi ekstrem, kini menghadapi tantangan baru: risiko geopolitik global. Namun kekuatan pasar kripto yang tetap mampu bertahan di tengah gejolak ini menjadi sinyal bahwa sentimen jangka panjang tetap kuat.
Ketidakpastian Geopolitik Bayangi Inflasi dan Suku Bunga
Yang paling mengkhawatirkan investor saat ini bukan hanya dampak langsung konflik Iran-AS, tapi efek berantai terhadap inflasi dan kebijakan moneter. Dengan anggaran militer AS sudah tersedot oleh konflik Rusia-Ukraina, potensi eskalasi baru di Timur Tengah dapat memicu pembengkakan belanja negara.
Ditambah lagi dengan negosiasi dagang AS-China yang belum menemui titik terang, serta ancaman kebijakan tarif dari pemerintahan Trump bulan depan, investor menghadapi ketidakpastian berlapis yang dapat mengacaukan proyeksi inflasi dan suku bunga.
Strategi Bertahan: Dari DCA hingga Rebalancing Aset
Di tengah gejolak seperti ini, strategi investasi defensif menjadi andalan. Banyak investor berpengalaman mulai mengadopsi pendekatan Dollar Cost Averaging (DCA) atau melakukan rotasi aset mengikuti pergerakan pasar.
Fitur-fitur seperti Packs dan Rebalancing otomatis di platform seperti Reku membantu investor menyusun portofolio yang adaptif. Fokus pada aset-aset strategis seperti crypto blue chip, saham AS dengan performa kuat, atau sektor berbasis AI dan energi terbarukan menjadi pilihan cerdas di tengah ketidakpastian.
Dunia Menunggu Arah Konflik Berikutnya
Serangan AS ke Iran bukan hanya masalah politik, tapi juga pukulan besar terhadap keseimbangan pasar global. Ketika konflik bersenjata mulai mencampuri kalkulasi ekonomi, yang terjadi bukan hanya lonjakan harga, tapi juga perubahan arah strategi keuangan dunia.
Investor kini memantau dengan napas tertahan: apakah ini awal dari konflik besar atau sekadar babak singkat dalam ketegangan global yang tak kunjung usai? Jawabannya akan menentukan arah pasar dalam bulan-bulan mendatang.