Trump Resmi Bubarkan Voice of America (VOA) setelah melakukan pemecatan massal terhadap 639 pegawai lembaga penyiaran internasional tersebut dan badan induknya, US Agency for Global Media (USAGM), Jumat (21/6). Langkah ini melengkapi penghapusan total 1.400 posisi sejak Maret lalu, yang secara praktis mengakhiri peran historis VOA sebagai corong diplomasi media Amerika Serikat di panggung global.
Akhir Era Voice of America: Dari Perang Dunia ke Pemangkasan Trump
Voice of America, didirikan tahun 1942 untuk melawan propaganda Nazi, kini praktis tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Dari sekitar 1.400 posisi yang eksis sebelum Maret 2025, hanya 250 pegawai yang kini tersisa. Mereka tersebar di berbagai divisi USAGM yang dulu menjadi pilar diplomasi publik AS.
“Selama puluhan tahun, pajak rakyat Amerika membiayai lembaga yang penuh bias dan pemborosan. Itu berakhir sekarang,” ujar Kari Lake, penasihat senior Trump untuk USAGM.
Lake juga menyatakan bahwa misi VOA akan digantikan oleh pendekatan “media patriotik” yang lebih sejalan dengan narasi pemerintahan saat ini.
Trump Resmi Bubarkan Voice of America, VOA Dituduh Propaganda “Kiri”
Pada Maret lalu, Gedung Putih menyebut VOA sebagai “suara radikal Amerika”, menuduh media ini menyebarkan narasi “kiri” dan gagal menggunakan istilah “teroris” terhadap Hamas—sesuai kebijakan jurnalisme profesional global.
VOA sebelumnya menjangkau hingga 360 juta pendengar mingguan dalam berbagai bahasa. Kini, sebagian besar layanan tersebut telah dihentikan, termasuk siaran Farsi, Mandarin, dan Rusia yang selama ini jadi andalan di wilayah dengan tekanan media tinggi.
Jurnalis Lawan Pemangkasan lewat Jalur Hukum
Tiga jurnalis VOA, Patsy Widakuswara, Jessica Jerreat, dan Kate Neeper, menyatakan bahwa langkah ini “menandai kematian jurnalisme independen Amerika.” Mereka tengah memimpin gugatan hukum terhadap pemerintah AS dan USAGM, yang menurut mereka telah melanggar prinsip dasar kebebasan pers.
Kehilangan Suara Amerika di Dunia
VOA telah lama menjadi corong demokrasi dan kebebasan berpendapat di negara-negara dengan media yang dikontrol pemerintah. Dengan dibubarkannya sebagian besar operasional VOA, AS secara de facto telah menarik kembali instrumen lunak diplomasi yang menjadi kunci pada era Perang Dingin.
“Dari Budapest ke Beijing, VOA adalah napas kebebasan,” kata John Lansing, mantan CEO USAGM kepada Kongres AS pada 2019.
Siaran ke Kuba Tetap Jalan
Satu-satunya unit yang tetap bertahan adalah Office of Cuba Broadcasting yang berkantor di Florida, dengan seluruh 33 pegawainya masih aktif. Keputusan ini menimbulkan pertanyaan politis: mengapa hanya siaran ke Kuba yang diselamatkan, sementara negara-negara lain—termasuk zona konflik seperti Iran—ditinggalkan?
Program “Fork in the Road” dan Relokasi Konten
USAGM menawarkan skema pemutusan hubungan kerja sukarela bernama Fork in the Road, memberikan gaji penuh hingga September dan tunjangan lainnya. Sebanyak 163 pegawai memilih skema ini ketimbang pemecatan langsung. Namun 639 lainnya diberhentikan secara sepihak.
Lebih lanjut, Lake sempat menyebutkan rencana mengganti konten VOA dengan tayangan dari One America News Network (OANN), jaringan sayap kanan pro-Trump yang bersedia menyuplai program tanpa biaya.
VOA Bukan Satu-satunya Korban
Pemangkasan ini merupakan bagian dari strategi luas pemerintahan Trump dalam membongkar birokrasi federal. Hingga Juni 2025, puluhan ribu pekerja federal telah diberhentikan dari berbagai instansi, termasuk IRS, USAID, Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Pertanian.
Pengadilan federal untuk sementara mengizinkan pemecatan ini meski proses hukum masih berjalan.
Sumber Berita : Guardian